Dialog Sahabat
Sumini dan Ratna Diah Tantri adalah dua orang yang sudah cukup lama kenal , hubungan kedekatan mereka di mulai sejak usia remaja. Usia mereka berdua saat ini sudah menjelang 55 tahun , sama sama sudah berkeluarga , dan mempunyai anak anak yang sudah dewasa. Sumini dan Ratna Diah Tantri bersekolah di SMP dan SMA yang sama , namun selesai SMA , Sumini tak melanjutkan kuliahnya karena menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya dan sampai akhirnya pernikahan ini selesai karena pasangan ini bercerai setelah ada 3 orang anak . Sumini sekarang tinggal bersama anak anaknya. Anak gadisnya yang pertama sudah bekerja di sebuah perusahaan pertambangan dengan posisi lumayan, anaknya yang kedua juga sudah bekerja dan si bungsu "gadis kecilku " begitu Sumini menyebutnya masih sekolah di bangku SMA klas 2. Sementara itu Ratna Diah Tantri selesai SMA dia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Seni jurusan Tari, Hubungan kedekatan Sumini dan Ratna Diah Tantri ini terbawa hingga di usia mereka sekarang . Mereka masih saling berkunjung , kadang makan bersama atau nonton berdua saja pertunjukkan kesenian yang mereka sukai .
Mereka berdua juga tinggal cukup dekat dalam satu kompleks perumahan di selatan Jakarta , semua itu memudahkan mereka berdua untuk saling berkunjung . Kedekatan mereka hampir seperti seorang saudara kandung satu sama lainnya.
Kehidupan sehari hari Sumini adalah seorang ibu rumah tangga biasa dengan hobby masak , baca buku dan jalan jalan . Karena kesukaan memasak inilah yang mampu membuat kehidupan Sumini tetap stabil secara ekonomi , dia membuka usaha katering untuk melayani kebutuhan ibu ibu di kompleks perumahan dimana dia tinggal yang tidak sempat memasak. Kadang kadang dia juga melayani kebutuhan masakan untuk acara acara khusus, seperti arisan atau pertemuan2 kantor anaknya. Langganan Katering Sumini lumayan banyak , karena selain enak masakannya , pilihan menunya juga menyenangkan dan cocok dengan selera para langganannya. Kesibukan Sumini setiap pagi sampai siang biasanya di dapur dengan di temani 4 orang karyawannya, menyiapkan dan memasak untuk langganan Katering Sumini. Hobby baca buku tak pernah terlewatkan , dan hampir semua jenis buku di baca sebagai pengisi waktu , maka sering kali Sumini menjadi tempat bertanya tentang segala sesuatu di lingkungan keluarganya , seolah olah Sumini yang paling tahu jawaban dari semua pertanyaan yang mereka ajukan...he he he he he ini sangat lucu . Karena kadang kadang Sumini juga tak tahu harus bicara apa ketika menemui suatu hal baru dan tidak sesuai dengan prinsip yang di yakini nya. Kenapa kok jadi seperti itu atau kenapa jadinya begini ???
Kalau ketemu hal seperti ini , biasanya Sumini akan memulai risetnya tentang hal yang menjadi fokus keinginan tahuannya dengan mencari informasi melalui buku dan internet , dia selalu berusaha memberikan jawaban yang benar dari setiap pertanyaan yang datang . Yah! Teknologi membuat semua jadi lebih mudah...dan teknologi menjangkau semua lapisan masyarakat dan usia!Hebat!
Meskipun usia Sumini termasuk sudah banyak , kalau tak mau di katakan tua , akan tetapi semangatnya untuk belajar dalam hidupnya cukup besar . Seperti yang sering dikatakannya kepada anak anaknya " Selama hidup itu masih harus kita jalani . Kita tak akan pernah berhenti belajar segala sesuatu sampai akhirnya kita selesai menjalani kehidupan ini yaitu saat mati ".
Latar belakang kehidupan Ratna Diah Tantri yang berprofesi sebagai penata tari menjadikan hari harinya sibuk dan padat oleh aktivitas di luar rumah. Apalagi setelah ketiga anak anaknya juga mulai sibuk diluar rumah , Tantri , demikian dia biasa disapa , mulai menerima tawaran untuk melakukan pekerjaan keluar kota . Seperti yang pernah di jalaninya saat hubungan pernikahannya dengan sesama penari belum menghadirkan seorang anak.
Anak pertama Tantri lahir saat usia pernikahannya menginjak usia 3 tahun dan saat itu sedikit banyak membuat Tantri harus berpikir ulang untuk memutuskan menerima pekerjaan dari komunitas yang membutuhkannya. Meskipun dalam hati kecilnya sangat ingin , bertolak belakang dengan kenyataan yang di hadapinya saat kewajiban sebagai ibu datang ! Konsekuensi dan tanggung jawab seorang perempuan yang melahirkan seorang anak adalah merawat , mendidik dan menemaninya sebanyak mungkin sampai usia balita , menurut penjelasan Sumini kepada Tantri saat dia di minta pendapatnya bagaimana menghadapi hal ini ."Yang kamu jalani sekarang adalah Kodrat hidupmu sebagai seorang wanita dengan panggilan Ibu . Tugasmu adalah menyusui untuk pertumbuhan fisik anakmu dan selalu memberinya kehangatan setiap saat , karena pasti berat buat anak itu ketika harus pindah dari dalam rahim kita yang hangat dan aman ke kehidupan barunya di dunia ini " Dan kemudian Sumini memberikan sarannya juga kepada Tantri yang masih diam dengan pandangan lurus ke mata Sumini , seolah tahu kalimat sahabatnya ini belum habis " Apakah tidak terpikir , bahwa kamu bisa membuka kursus tari di rumahmu ini . Dimulai dari ruang tamu mu ini , tempat ini cukup lega untuk punya 6 atau 8 orang murid belajar tari bersamamu . Selain masih bisa selalu bersama bayimu dirumah , dan kamu masih bisa selalu menari , karena aku tahu itu duniamu. Cobalah untuk bicarakan dengan suamimu "
Tantri tersenyum manis sebagai tanda ucapan terima kasih atas saran sahabatnya ini .
Yah, dalam kehidupan kadang kita memang membutuhkan kehadiran seorang sahabat atau minimal seorang teman yang bisa memberi saran atau mengarahkan kepada hal hal yang positif.
Perlahan tapi pasti akhirnya kursus menari di rumah Tantri berkembang hingga sekarang dan didepan rumah Tantri terpampang tulisan cukup besar Sanggar Kreatif Ratna Diah Tantri...Sumini ikut bahagia dan bangga dengan hasil kerja keras sahabatnya ini.
==========================Prit@2013=========================
Janji Diujung Hari.
Suasana sore hari itu sebetulnya sangat menyenangkan,
matahari masih terlihat memancarkan keindahan dan keagungan ciptaan Allah. Semburat merah jingga masuk ke ruang
tengah sebuah rumah mungil nan cantik di tengah kebun bunga yang terlihat
terawat dengan baik . Sore itu Ningsih terlihat sedang merapikan meja makan,
menyediakan makanan kecil untuk anak anak dan suaminya. Bergegas Ningsih lari
mengambil gagang telpon di sudut ruangan, saat dering telpon berbunyi.
“Assalamualaikum , selamat sore..dengan Ningsih disini, bisa
saya bantu ?” suara Ningsih lembut bak resepsionis sebuah kantor menyapa orang
diseberang telpon. “Wa Alaikum salam mbak Ningsih, ini Ina yang kemarin telpon
mbak. Saya hanya ingin bertemu dan bicara dengan mbak Ningsih tentang mas Reza mbak “ Duaaarrr!! Raasanya seperti tertembak
peluru nyasar, kepala Ningsih langsung terasa sakit dan mau pingsan. Sebenarnya ingin sekali Ningsih
menutup telpon dan enggan untuk mendengarkan suara perempuan di seberang telpon
sana. Ini sudah ke dua kalinya perempuan yang mengaku ber nama Ina ini
menghubunginya. Dan mengakui bahwa diantara perempuan ini dan suaminya terjadi
hubungan di luar pernikahan. Hingga membuahkan seorang anak laki laki yang
sekarang ini kehadirannya minta pengakuan dari Ningsih dan keluarganya. Sambil
berkali kali Ningsih mengucap asma Allah dalam hati, Ningsih mengurungkan
niatnya untuk menutup telpon. Seluruh tubuhnya bergetar menahan emosi,
jantungnya berdegup kencang bergemuruh seperti bunyi mesin sebuah pabrik.
“Mbak Ningsih, Ina tahu ini pahit dan tak enak aku tahu mbak..tapi
kita berdua sama sama mencintai mas Reza mbak, saya mohon keikhlasanmu mbak
Ningsih... untuk menerima kejadian hubungan ini dan mengizinkan mas Reza untuk
tetap bisa bertemu dengan putranya, hasil buah cinta kami ini...berikan
kesempatan kepada mereka berdua mbak, untuk bisa berbagi cinta sebagai anak dan
ayah..” Glek!! Rasanya hampir tercekik nafas Ningsih
seketika, saat mendengar permohonan diseberang telpon kepadanya. Menurut
Ningsih, kegilaan dan keberanian wanita yang menyebut dirinya Ina itu luar
biasa, seolah olah apa yang dikatakannya itu sudah menjadi haknya untuk
disampaikan tanpa berpikir bahwa Ningsih jelas akan terluka akibat perbuatannya.
Sudah kedua kalinya wanita bernama Ina ini berusaha keras bicara dengan Ningsih.
Dan meminta izinnya untuk menjadi bagian hidup mas Reza . Lelaki yang sudah 25
tahun menjadi suaminya, sahabatnya, kekasihnya, ya Reza adalah segalanya. Ningsih tak mampu membendung
butir butir airmatanya, saat suara di seberang sana kembali memohon kepadanya,
yang paling menyakitkan adalah memohon perhatian dan cinta suaminya untuk anak
dari hasil hubungan mereka. Gila ! Ini benar benar di luar dugaannya dan akal
sehatnya sebagai manusia. Di luar semua persoalan ini, Ningsih sangat sadar
bahwa pesona Reza Haryanto suaminya memang membuat setiap seorang wanita bisa
merasakan jatuh cinta kembali kalau
terlibat pergaulan dengannya. Sosoknya dan gaya penampilannya lebih muda dari
usia yang sebenarnya yang sudah lebih dari setengah abad. Sikapnya yang lembut
dan sopan santun yang di perlihatkan sangat bertolak belakang dengan kejadian
yang sedang dialami Ningsih saat ini. Ampuun Tuhan, seperti apakah sosok Ina
ini sehingga mebuat Reza suaminya lupa
akan segalanya ? Seperti apakah sosok seorang Ina yang membuat suaminya seperti
tak punya daya apapun untuk menolak dan tunduk kepada hawa nafsu serta membuat
suaminya melupakan janji suci pernikahan mereka berdua?
Apa kesalahanku dan apa kekuranganku di mata mas Reza?
Apakah aku sudah tak mampu lagi mencukupi kebutuhan cinta mas Reza secara lahir
batin? Apakah aku sudah kurang menarik
lagi? Apakah aku sudah tak mampu lagi menimbulkan getar getar di hati mas Reza?
Dan kenapa mas Reza tak pernah cerita tentang Ina ini, sampai aku harus mendengar
dari perempuan itu? Bukankah selama ini mas Reza selalu cerita kalau ada
perempuan yang mencoba menggodanya, tapi kenapa kali ini mas Reza tidak cerita?
Pertanyaan ini berkali kali muncul di hati dan pikiran Ningsih, perasaan
Ningsih begitu kacau. Tapi seperti biasanya Ningsih hanya diam , meskipun
perasaannya sedang bergulat sengit dengan pikirannya. Dia hanya pikirkan
bagaimana anak anaknya kalau sampai tahu
bahwa ayah yang begitu mereka banggakan,
melakukan satu hal yang sangat jauh dari
yang mereka pikirkan. Karena sebagai orang tua mereka juga mengajarkan akhlak
dan memperkenalkan nilai nilai moral yang luhur sebagai bekal menghadapi
kehidupan?? Bagaimana membuka pembicaraan persoalan ini dengan mas Reza?
Ningsih bergulat dengan semua pertanyaan dan kekhawatiran , akan tetapi wajahnya
tetap terlihat tenang seperti permukaan telaga yang damai. Bibirnya masih
tersenyum, sehingga kegelisahan Ningsih hampir hampir tak tertangkap oleh
siapapun dirumah itu.
Selesai merapikan sekaligus menata meja makan , Ningsih langsung masuk ke kamar mandi untuk
mengambil air wudhu. Adzan Magrib yang berkumandang lebih membuat suasana haru
biru di perasaan Ningsih sore itu. Ningsih ingin cepat cepat bersujud dihadapan
Allah Tuhannya, memohon kekuatan batin dan jalan terbaik untuk persoalan rumah
tangga yang tengah di hadapinya saat ini. Selama hidup perkawinan Ningsih dan
Reza, semua persoalan dengan mudah mereka selesaikan berdua. Karena komunikasi
diantara Ningsih dan Reza cukup baik dan harmonis. Tak pernah ada persoalan
yang ber larut larut seperti sekarang ini. Terlihat begitu khusyuk Ningsih dalam
menjalankan sholat Magrib nya. Selesai sholat Ningsih masih diam merenung di
atas sajadahnya ditengah ruang tidurnya. Pikirannya menerawang ke masa masa
lalu, masa perkenalannya dengan Reza. Masa awal awal pernikahannya dengan Reza Haryanto. Hingga saat pernikahan mereka di ramaikan kelahiran anak
anak buah cinta mereka berdua. Meskipun Ningsih menyandang gelar insinyur
arsitek dan bisa membangun kariernya
dengan bekerja di kantoran, kesempatan itu tak diambilnya. Ningsih sudah
bertekad bahwa ketika menikah , dia akan mengabdi dan bekerja untuk rumah
tangganya. Bukan ber arti ilmu yang di peroleh semasa kuliah tak Ningsih pergunakan.
Kenyataannya rumah mungil yang di tempatinya sekarang adalah hasil kreasinya
juga. Bangunan kantor dan bangunan
tempat bimbingan belajar tempat suaminya berusaha, itu juga hasil rancangan
Ningsih. Memang Ningsih cukup cerdas dan tak mau ilmu di masa kuliah hilang
begitu saja. Ningsih tetap bekerja, tetap berkarya. Tapi prioritas utamanya
adalah rumah tangganya, keluarganya, suami dan anak anaknya. Di sudut rumahnya
yang mungil, Ningsih membangun ruang kecil, yang di sebutnya sebagai studio untuk
tempatnya bekerja, menggambar atau merancang bangunan. Banyak teman teman
suaminya yang sering minta tolong di buatkan rancangan gambar rumah. Dan dari
situ Ningsih bisa dapat penghasilan tambahan tanpa banyak meninggalkan rumah. Reza
begitu sering membanggakan rumah
tangganya di depan teman temannya. Dan mengakui bahwa semua yang di capainya
sekarang ini juga karena dukungan dan cinta Ningsih yang begitu besar untuk
Reza dan keluarga.
Ningsih dan Reza Haryanto memang pasangan yang harmonis. Mereka bertemu 27
tahun yang lalu, saat itu mereka hampir
selesai kuliah di perguruan tinggi yang sama tapi jurusan yang beda. Ningsih
belajar tentang arsitektur dan Reza adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
jurusan Antropologi. Penampilan Reza Haryanto memang menawan hati, kebetulan Reza
Haryanto adalah campuran keturunan ibu Aceh dan ayahnya Solo Jawa Tengah. Berkulit
putih dan berhidung mancung. Sifatnya yang terbuka , ramah dan gampang bergaul , membuat
Reza menjadi pusat perhatian bagi lawan
jenisnya. Dalam usianya yang sudah lebih dari setengah abad saat ini, pesona dan
kharisma Reza sebagai seorang laki laki memang tambah berkilau. Apalagi
prestasinya sebagai pengusaha sukses membuat Reza tak jarang menjadi incaran
setiap perempuan yang ada di dekatnya. Reza sendiri sangat sadar akan keadaan
itu, tapi dengan komunikasi yang baik dan jujur bersama istrinya, semua godaan
terkait perempuan bisa di atasinya selama hidup pernikahannya bersama Ningsih. Yang
sangat disyukuri oleh Reza adalah kesabaran dan ketenangan Ningsih menghadapi
para perempuan yang berusaha menggoda dirinya.”Aku percaya kepadamu mas Reza,
kalau sampai terjadi sesuatu yang tak baik mengganggu perkawinan kita, aku
percaya bahwa Allah yang akan bantu aku mengatasinya dan mencoba mengusir siapapun
yang mengganggu keharmonisan perkawinan kita ” Dengan penuh percaya diri Ningsih mengatakan
ini. Pribadi Ningsih yang begitu kuat dan mandiri membuat Reza semakin
menghormati istrinya. Dan ketenangan Ningsih dalam menghadapi setiap persoalan
membuat Reza merasa aman dalam menjalani
hidup kesehariannya. Ningsih sejak masih menjadi mahasiswi jurusan arsitektur dalam hal
penampilan bisa dikatakan seperti laki laki. Padahal sebagai seorang perempuan
Ningsih cukup cantik . Dengan kostum celana jeans dan kemeja kotak kotak yang
menjadi pakaian kesehariannya hingga kini, seolah menjadi ciri khas penampilan
dari Ningsih. Akan tetapi meskipun terkesan tomboy dan cuek , bagi yang
mengenal dekat gadis ini pasti akan setuju bahwa Ningsih adalah gadis yang sangat
santun dan lembut hati. Pertemuan Ningsih dan Reza adalah saat mereka sama sama menjalani praktek kuliah kerja nyata di sebuah desa yang sudah
ditunjuk oleh perguruan tinggi tempat mereka belajar. Mereka tergabung dalam
satu kelompok yang terdiri dari 10 orang mahasiswa dan mahasiswi yang harus
bekerja sama membantu aparat desa dalam pembangunan fisik sarana dan prasarana
desa tersebut. Selesai praktek kuliah kerja nyata, hubungan keduanya semakin dekat
dan terlihat serius . Sampai akhirnya Reza memberanikan diri untuk melamar Ningsih. Dan
setelah Ningsih dan Reza menyelesaikan
kuliahnya, mereka menikah.
Ningsih terlihat khusuk dalam kamarnya ,setelah menyelesaikan sholat dan doa serta keluh kesahnya
kepada Allah Tuhannya, Ningsih melipat mukena dan sajadah lalu bergegas keluar
dari kamarnya . Di tengoknya jam dinding di ruang itu baru jam setengah tujuh
malam. Pelan pelan Ningsih menuju dapur, menuangkan sayur dan menata lauk untuk
makan malam anak anak dan suaminya. Tanpa Ningsih sadari, Agung anak pertamanya
sudah masuk kedalam rumah, tanpa Ningsih dengar deru suara motornya masuk ke
halaman rumah.
“Mama ngalamun ya, kok dari tadi Agung perhatikan mama
seperti sedang ada masalah yang berat, ayolah ma bagi cerita dong, ada apa?
Siapa tahu Agung bisa bantu mama “ Hampir terjatuh mangkuk yang di bawanya dari
dapur saat tegur sapa Agung anak pertamanya yang lembut saja masih mampu
membuat kaget Ningsih dan membuyarkan lamunannya. Sambil menyeka kembali
airmatanya yang masih tersisa di pipinya, Ningsih tersenyum tanpa berkata apa
apa kepada Agung. Dan itu membuat anak pertamanya menjadi semakin penasaran. Ada
apa dengan mamanya, orang yang selama ini dianggap Agung adalah tempat
berlindung dan berkeluh kesah yang paling nyaman dan aman di dunia adalah sosok
ibundanya yang tegar, kuat dan bijaksana. Ibundanya ini tak pernah mengeluh ataupun
merasa kekurangan. Meskipun akhir akhir
ini hampir setiap hari ayahnya pulang larut malam, terkait perusahaan bimbingan
belajar yang di bangun bersama teman teman kuliahnya dulu sedang maju pesat. Dari
satu tempat bimbingan belajar sekarang sudah berkembang dan 6 cabang baru berhasil mereka dirikan. Akhir
akhir ini hampir setiap hari Reza pulang
ke rumah sekitar jam sepuluh atau sebelas malam. Dan biasanya anak anaknya Agung, Arum dan Anggi sudah tidur di kamar
masing masing dan biasanya Ningsih juga sudah tenggelam dalam buku bacaannya di
kamar tidur mereka yang nyaman.
“Selamat malam mas , baru
pulang... , capek ya mas..ini aku sudah siapkan teh manismu disini” Tegur sapa Ningsih mengejutkan Reza yang baru masuk ke kamar tidurnya. Saat Reza masuk ke rumah tadi sudah jam 10 malam, hampir
setengah sebelas malam. Lampu di ruang
tengah sudah padam. Reza pikir pasti Ningsih sedang asyik dengan
bacaannya di kamar atau malah sudah berangkat ke alam mimpi. Anak anak sudah tenggelam di kamar masing
masing. Tak ada yang menyambutnya saat pulang. Tapi ternyata malam itu Ningsih masih terjaga, duduk di
sudut ruang kamarnya yang cukup luas, sambil nonton televisi tapi tanpa suara.
Dan meskipun Ningsih menegurnya dengan suara yang lembut dan berusaha tersenyum
semanis mungkin. Tetap saja Reza menangkap getar ketegangan dan keseriusan
Ningsih dari nada bicaranya. Reza begitu
khawatir bahwa persoalan dengan Ina akhirnya terbuka di depan istrinya. Reza merasa begitu was was bahwa perempuan bernama Ina itu
akan mengacaukan ketenangan rumah tangganya bersama Ningsih, hanya demi
pengakuan tentang kehadiran seorang anak. Yang menurut Reza itu adalah akibat kebodohannya sendiri. Reza
begitu takut menyakiti wanita yang begitu dia cintai, wanita yang sudah
mendampinginya selama 25 tahun , wanita yang sudah menjadi ibu bagi anak anak yang
baik dan manis serta ber akhlak baik . Agung anak pertama mereka seorang
sarjana hukum yang baru saja mulai magang kerja di kantor notaris . Arum anak
kedua mereka tumbuh menjadi gadis cantik, mandiri dan hampir menyelesaikan belajarnya
di bidang kedokteran. Anggi anak lelaki bungsu keluarga ini juga tumbuh menjadi
pemuda yang cerdas dan berprestasi di sekolahnya, sebentar lagi Anggi akan
menamatkan SMA nya.
Sesungguhnya sudah hampir 11 bulan ini Reza seperti hidup diatas bara api.
Hampir setiap hari Reza menghindar dari serbuan telpon Ina yang berusaha terus menghubunginya.
Reza tidak tahu bagaimana menghindar
dari perempuan yang bernama Ina ini, karena hampir setiap hari gencar menelpon
kekantor dan ke handphone. Sesekali telpon diangkat dan mereka terlibat
perdebatan yang sengit. Dan kalau Reza tak angkat telpon itu, Ina akan
mengirimi nya puluhan sms. Sudah di jelaskan berulang kali kepada Ina, bahwa
dirinya tidak pernah mencintai Ina bahwa
dalam hubungan mereka tak lebih dari sekedar sex saja. Dan hubungan itu di
sepakati bersama. Semua di jalani atas
dasar suka sama suka, sampai suatu ketika mereka melakukan hubungan layaknya
suami istri tanpa alat pengaman, karena alat pengaman yang pertama sudah
terpakai dan hasrat Ina belum terpuaskan saat
itu . Dan kejadian itulah yang mengakibatkan Ina hamil. Reza sadar
dirinya masih terikat pernikahan dengan Ningsih dan Ina Amina masih terikat pernikahan
dengan Wahono Sutarjo suaminya. Menurut cerita Ina kepadanya suatu hari, suaminya terlalu
sibuk dengan bisnisnya dan hampir tak pernah punya waktu untuk memberi
perhatian kepada Ina. Alasan itulah yang membuat Ina seperti merasa punya
kemerdekaan untuk memenuhi hasrat biologisnya yang besar bersama lelaki lain di
luar suaminya. Reza Haryanto bukanlah yang lelaki pertama yang diajaknya tidur
untuk memenuhi hasratnya, Ina menyebut beberapa nama lelaki yang pernah tidur
bersamanya selain suami sahnya Wahono Sutarjo. Dan saat itu Ina memang mabuk
kepayang saat bisa tidur bersama Reza. Dan Reza juga tak pikir panjang dan
peduli atas latar belakang Ina. Mau sama mau, suka sama suka dan itu sudah
cukup sah menurut ukuran nafsu . Jaman
memang sudah berubah, sepertinya nilai nilai luhur tentang akhlak sudah luntur
di sebagian sisi kehidupan manusia.
Saat ini kesalahan Reza seperti terbentang nyata di depan matanya. Dan seperti Reza memutar kembali setiap adegan yang menggambar pertemuan dengan perempuan yang bernama asli
Siti Aminah itu . Tapi kemudian merubah
nama menjadi Ina Amina supaya lebih terlihat moderen dan tak terlihat kampungan,
begitu kata Ina kepadanya satu setengah tahun yang lalu. Saat itu kedatangan
Ina di salah satu cabang bimbingan belajar yang di miliki Reza, adalah untuk
mendaftarkan salah satu anaknya untuk belajar disitu. Perempuan berjilbab ini
terlihat biasa saja, tapi tatapan mata
dan bicaranya jadi terlihat begitu menggoda di depan mata Reza. Dan memang seperti sebuah kekuatan
sihir. Setelah pertemuan pertama itu
Reza jadi lebih sering datang ke salah satu cabang bimbingan belajar yang di
kelolanya dengan alasan kontrol keuangan dan minat masyarakat, terhadap usaha
yang di dirikan bersama teman temanya ini. Dan kebetulan juga bahwa Ina
ternyata juga sering datang ketempat bimbingan belajar untuk menjemput anak perempuannya yang belajar
di tempat itu. Mereka berdua sering terlibat obrolan obrolan kecil sejak pertemuan
pertamanya. Diam diam Ina mencoba mencari tahu siapa sesungguhnya Reza Haryanto
ini, lelaki yang diam diam sudah membuatnya ingin mengulang kembali
petualangannya seperti yang sudah sudah.
Memang akhirnya Reza masuk
kedalam jerat pelukan Ina. Keliaran Ina di ranjang saat pertama mereka tidur
bersama, membuat Reza tak mampu menolak setiap kali Ina mengajaknya bertemu di
sebuah kamar hotel . Ina menjuluki dirinya sendiri adalah pemburu dan penikmat
cinta. Meskipun akhirnya Reza sadar makna cinta dalam hidup Ina adalah sex semata.
Tapi semua kesadaran Reza seperti
terlambat datang. Pertemuan demi pertemuan yang terjadi antara Ina dan Reza ini tak pernah sampai kepada Ningsih. Cerita
yang sampai kepada Ningsih adalah bahwa dirinya sedang sibuk membuat planning
baru buat perusahaan, alasan itu yang muncul saat Reza pulang terlambat demi
pertemuannya dengan Ina. Reza menyimpan rapat rapat cerita ini dari pendengaran
Ningsih. Reza memang tak mau kalau
sampai hasil dari perbuatannya bersama Ina di sampaikan kepada Ningsih.Tapi
semua awal pasti ada akhirnya. Semua akhirnya memang harus terbuka malam ini,
begitu pikir Reza . Semua harus di selesaikan malam ini dan Reza harus siap menerima sangsi dari perbuatannya.
Reza sadar, bahwa dia sudah merusak dan mengoyak bahtera rumah tangganya. Semua
adalah akibat nafsu yang tak mampu di kendalikannya.
Suara nyanyian jangkrik di
halaman rumah mengisi suasana yang terasa senyap di kamar tidur Ningsih. Dan
sebelum Ningsih berdiri dari tempat
duduknya, Reza duduk bersimpuh di kaki
Ningsih memohon maaf dan ampun untuk semua yang sudah di lakukannya. Dipegangnya
kedua telapak tangan Ningsih, di ciuminya berkali kali sambil meminta maaf
untuk kesalahannya. Akhirnya tangis Ningsih pecah memenuhi ruang kamar tidur.
Semua emosi yang selama beberapa hari ini di tahannya akhirnya meledak berujud
tangisan yang mengiris perih pendengaran Reza. Baru kali ini Reza merasa tak punya kata kata yang baik untuk
menjelaskan sesungguhnya bagaimana semua itu terjadi. Mulutnya terkunci rapat
selesai Reza memohon maaf dan ampun kepada
istrinya. Dalam hati Reza mengucap
memohon ampun dihadapan Allah dan berjanji tak akan terjadi lagi. Tangis
Ningsih mereda pelan pelan, matanya yang sembab karena menangis menatap Reza yang bersimpuh di kakinya. Iba hati Ningsih melihat suaminya seperti anak
kecil yang sedang menanti hukuman karena berbuat kesalahan. Ningsih sadar,
cintanya begitu besar dan dalam kepada Reza sejak awal mereka memutuskan untuk
selamanya bersama. Ningsih yakin bahwa kekuatan cintanya dan rasa percaya
akan pertolongan Allah mampu melewati
semua persoalan yang mereka hadapi saat ini. Ningsih akan memaafkan semua
kesalahan suaminya dan akan mencintai suaminya sampai akhir hidup datang
menjemputnya, begitu janji Ningsih dalam hati.
Dan sepertinya Allah mendengar
janji janji yang terucap dalam hati Ningsih dan Reza di penghujung hari itu. Ningsih berdiri dari
kursi tempat duduknya, tangan kanannya membelai rambut kepala suaminya dengan
penuh cinta dan akhirnya menyentuh tangan Reza dengan lembut sambil berkata “ Mas Reza kita sholat Isya bersama ya , mas Reza imamnya..habis itu kita bicara bagaimana
sebaiknya kita menghadapi persoalan Ina.” Suara lembut Ningsih menyejukkan hati
Reza yang langsung berdiri dan melangkah
menuju kamar mandi untuk segera mengambil air wudhu di ikuti langkah istrinya
dengan niat yang sama. Sunyi senyap kamar tidur itu semakin terasa dan sesekali
terdengar suara bacaan salah satu surat dari al Quran yang di lantunkan Reza. Kadang
suaranya bergetar seperti hampir menangis. Setelah menyelesaikan sholatnya,
Ningsih dan Reza kembali duduk di sudut kamar tidur mereka.
“Mas Reza , aku tahu pasti
suasana hatimu lebih kacau daripada suasana hatiku. Meskipun aku sebetulnya
ingin sekali marah kepadamu atau kalau perlu aku memukulmu atas kejadian Ina
ini mas. Tapi aku sadar, bahwa kemarahanku pasti tak akan menyelesaikan
persoalan kami berdua “ Terdengar suara Ningsih memulai pembicaraan “ Aku hanya ingin mas Reza tahu , bahwa aku
tetap mencintaimu mas. Dan tetap meletakkan rasa hormatku kepadamu karena kamu
adalah suami pilihanku. Meskipun kejadian bersama Ina ini jelas membuatku
kecewa dan luka, tapi aku berusaha bisa memaafkanmu mas. Dengan harapan yang
besar kepadamu untuk jangan lakukan ini sekali lagikembali kepadaku
mas.....satu hal membuatku lebih berat lagi adalah harus berhadapan dengan akibat
perbuatanmu seumur hidupku, yaitu anak itu mas...sungguh hebat perempuan itu
menyebutnya sebagai hasil buah cinta kalian berdua...” Sekali lagi wajah
Ningsih sudah basah kuyup oleh airmatanya dan dengan suara yang serak Ningsih
melanjutkan bicaranya “ Sekarang aku butuh ceritamu tentang kejadianmu bersama
Ina, kenapa tak cerita, kenapa sampai itu terjadi. Aku ingin mas Reza jujur dan
terbuka. Dan bantu aku mas untuk bisa melewati rasa kecewa dan sakit hatiku dan
semoga cintamu masih cukup besar kepadaku untuk kembali menjalankan biduk rumah
tangga kita. Aku tak mampu meihat anak anak juga kecewa atas perbuatanmu mas
Reza..” Nada suara Ningsih menurun dan bergetar menahan tangisnya. Reza tergugu
mendengar keterbukaan istrinya menyampaikan perasaannya atas kejadian itu. Sangat
terus terang dan langsung kepada persoalan . Yah itulah kekuatan Ningsih dari
awal sampai saat ini, sikapnya selalu berusaha terbuka dan selalu berusaha
memahami bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya.
Dan menurut Ningsih orang yang berbuat salah jangan di jauhi, tapi harus di
ajak sadar dan kembali melakukan yang baik dan benar. Dan Ningsih tak pernah
bermimpi ataupun berpikir untuk hidup tanpa Reza Haryanto di sisinya. Tanpa di
minta sekali lagi, keluar semua cerita dari awal hingga akhir kisah tentang Ina
Amina. Dan di tegaskan berkali kali oleh Reza, bahwa dia tak mencintai
perempuan itu dan tak mau berhubungan ataupun bertemu sekali lagi dengan
perempuan itu. Reza merasa terjebak dalam situasi yang sulit, dan semua itu
disadari adalah akibat perbuatannya sendiri
“ Dan perempuan itu harus mengantongi surat keterangan dna untuk bisa
memaksa seorang Reza Haryanto mengakui anak itu. Permintaan pengakuan tentang
hubungan dan kehadiran anak ini tak lebih hanya jalan pintas dari Ina, untuk
mencari kesempatan bertemu denganku. Aku mulai paham Ningsih, bahwa aku memang
terjebak oleh akibat kebodohanku sendiri “ suara Reza terdengar parau dan
menahan emosi amarah kepada dirinya sendiri karena semua jadi kacau. “ Semua
ini jadi pelajaran yang sangat besar buatku..sangaaat besar dan sakit aku
merasakan semua ini...aku harus membuatmu luka dan kecewa. Aku harus melihatmu
menahan semua emosi demi perasaan aman
dari anak anak kita “ Seperti tak pernah habis penyesalan Reza .“ Aku sangat mencintaimu
Ningsih dan aku berjanji tak akan mengulangi sekalipun, selama nafasku masih
ada di kehidupan ini. Aku akan memohon ampun setiap hari atas kesalahanku ini
kepada Allah Tuhanku. Dan tentang anak itu, bila memang itu benar anak
biologisku biarkan waktu yang akan menuntunnya kepadaku. Dan apabila butuh bukti bahwa aku adalah ayah
biologisnya, tentunya setelah anak itu cukup usia untuk bicara siapa dirinya.
Aku tak harus malu mengakui bahwa dia ada karena nafsu antara aku dan ibunya
melampui batasan. Dan bukan karena cinta dia ada di muka bumi ini seperti
penjelasan Ina kepadamu. Aku akan meminta maaf dan mempersilahkan anak itu melanjutkan hidupnya sendiri. Dan aku akan
meminta supaya anak itu juga harus
belajar, bahwa semua yang tampak menyenangkan belum tentu akibatnya baik di kehidupan “ Begitu Reza mengakhiri bicaranya sambil
menatap lembut ke mata Ningsih yang menatap tajam kepadanya. Perlahan Ningsih
mengangguk setuju atas penjelasan dari suaminya. Ningsih percaya akan janji
suaminya, seperti Ningsih percaya terbitnya matahari di setiap pagi. Lamat lamat
di kejauhan terdengar lagu Something dari The Beatles mengiringi sayap sayap cinta Ningsih dan
Reza menuju kerajaan mimpinya yang penuh
kedamaian.
=========================Prit@2013=============================